Senin, 19 Oktober 2015

Mari mengakhirinya mulai hari ini :)



Entah kapan persisnya kebiasaan aneh ini, Tetapi rasanya lebih baik mengakhirinya mulai hari ini.

Perkenalkan, tokoh dalam cerita ku kali ini tidak lain tidak bukan adalah seorang wanita berusia 24 tahun, tepat satu tahun diatas ku. Kalau diingat-ingat aku mengenalnya di bangku kelas 2 SMP tetapi saat itu kami masih angkuh satu sama lain, berbeda sekolah dan menjadi teman sekelas hanya di kursus bahasa inggris.

Bertemu kembali di bangku SMA tetapi masih dengan cerita yang sama, acuh tak acuh satu sama lain. Mungkin seperti bermusuhan tepatnya, apa masalahnya aku pun tidak terlalu mengingatnya dengan jelas, yang pasti satu sekolah tidak menyebabkan kami rajin bertegur sapa, aku hanya mengenalnya sebatas nama, sepintas lalu.

Hari itu sekolah sedang sepi, bukan karena libur, tetapi masa-masa setelah ujian semester, tidak banyak lagi kelas-kelas yang berisi guru, lebih banyak murid murid di luar kelas, duduk-duduk di teras kelas membahas nilai ujian, menyesal tidak belajar sebelumnya atau hanya bergosip tentang apa saja.

Adalah dia, duduk di depan kelasnya, sibuk dengan handphone keluaran terbaru yang kalau aku dengar dari bunyi nya mungkin sedang memainkan game entah apa. Kala itu hape dengan mode layar sentuh masih terbatas, tergolong mewah dan masih mimpi untuk memilikinya, mengingat kantong pelajar seperti ku.

Aku iseng menyapa nya, dia melirik ku sekilas, lalu kami terlibat percakapan akrab untuk pertama kalinya. Kenaikan kelas ternyata kami menjadi teman sekelas, menyebabkan kami jadi sering berkomunikasi, entah itu tentang kelompok belajar, ngobrol haha hihi dengan teman sekelas lainnya atau bahkan tentang jadwal piket harian.

Lalu tanpa sadar kami berdua menjadi akrab, meskipun mungkin itu hal yang sedikit aneh. Dia seperti berbanding terbalik dengan ku. Dia penyuka kuning, sedangkan aku amat menghindari warna itu. Dia feminim peduli sekali tentang tatanan rambut, sedangkan aku cenderung tomboy saat itu. Dia tipikal orang yang lantang bersuara tentang ketidaksukaannya, suka konfrontasi, aku? Aku sebisa mungkin menghindari masalah, tetapi kami malah semakin akrab.

Dia suka menginap di rumah ku, bahkan akrab dengan keluarga besar ku. Kami sama-sama sulung dari dua bersaudara, sama-sama keras kepala, tidak mau kalah dan begitulah hubungan pertemanan kami.

Kalau sedang bertengkar bisa seperti perang, bukan perang mulut atau adu jotos, sebaliknya kami memilih diam dan pergi, entah dimana pun posisi kami saat itu, di luar kota sekali pun. Tetapi ajaibnya semarah apa pun kami, sehebat apa pun kekeraskepalaan kami, hal itu tidak pernah bisa lebih dari 1 hari, bahkan kadang hanya hitungan jam. Besoknya kami sudah akan bertegur sapa seperti biasa, menertawakan kelakuan kami kemarin lalu membicarakannya dengan kepala dingin. Kami tidak pernah merasa perlu meminta maaf atau memberi maaf, karena mungkin kami tidak pernah benar benar bisa saling membenci.

Sejujurnya mungkin dia satu dari sedikit orang yang bisa memarahi ku tanpa membuatku ingin memarahinya balik. Karena itu juga berlaku sebaliknya, pertemanan kami adalah kejujuran, tanpa ada topeng kepura-puraan. Kalau tidak suka maka tidak suka, sekalipun itu tentang hubungan asmaranya.

Kami kuliah di jurusan dan kampus yang berbeda, di awal perkuliahan kami masih aktif saling menghubungi, bertanya kabar, curhat tentang kuliah ataupun tentang laki-laki. Dia memiliki seorang pacar di kampusnya, dia juga mengenalkannya kepada ku. Syukurlah kali ini aku cukup setuju dengan pilihannya, kalau mengingat aku pernah benar- benar tidak suka dengan mantannya yang sebelumnya.

1 dan 2 semeter dilalui dengan mudah, kami masih sering menyempatkan bertemu di waktu libur semester, masih sering berkirim sms atau mengobrol via telpon. Namun begitulah, tidak ada persahabatan yang benar-benar mulus, kesibukkan masing masing membuat komunikasi kami berkurang, bahkan bisa dibilang jarang.

Terlebih dengan kebiasaan anehnya, selalu memilih diam ketika hari ulang tahun ku. Dia sering beralasan apalah arti sebuah ucapan, dulu aku sependapat, sehingga aku mengikuti kebiasaannya. Tetapi kemudian aku sadar, ucapan itu adalah 1 dari sekian banyak cara menunjukkan kepedulian, bahwa kita masih mengingat satu sama lain, mengingat salah satu hari bahagia orang yang kita sayangi.

Maka aku memilih mengakhiri kebiasaan kami berdua hari ini, lewat tulisan ini aku ingin memberi tahu nya bahwa hari ini seperti tahun tahun sebelumnya aku selalu mengingat nya, bahwa ini hari bahagia nya. Hari dimana 24 tahun yang lalu seorang sahabat dilahirkan. Semoga semua doa baik hari ini menjadi pemudah langkahnya ke depan.

Semoga semua harapan dan list mimpi nya cepat tercapai, semoga dia menjadi pribadi yang semakin baik, selalu diberi nikmat kesehatan dan rezeki yang tidak putusnya, semoga dia tetap menjadi seorang sahabat yang apa adanya dan semoga selalu dalam lindungan Nya, aamiin :)