Entah
kapan persisnya kebiasaan aneh ini, Tetapi rasanya lebih baik mengakhirinya
mulai hari ini.
Perkenalkan,
tokoh dalam cerita ku kali ini tidak lain tidak bukan adalah seorang wanita
berusia 24 tahun, tepat satu tahun diatas ku. Kalau diingat-ingat aku
mengenalnya di bangku kelas 2 SMP tetapi saat itu kami masih angkuh satu sama
lain, berbeda sekolah dan menjadi teman sekelas hanya di kursus bahasa inggris.
Bertemu
kembali di bangku SMA tetapi masih dengan cerita yang sama, acuh tak acuh satu
sama lain. Mungkin seperti bermusuhan tepatnya, apa masalahnya aku pun tidak
terlalu mengingatnya dengan jelas, yang pasti satu sekolah tidak menyebabkan
kami rajin bertegur sapa, aku hanya mengenalnya sebatas nama, sepintas lalu.
Hari
itu sekolah sedang sepi, bukan karena libur, tetapi masa-masa setelah ujian
semester, tidak banyak lagi kelas-kelas yang berisi guru, lebih banyak murid
murid di luar kelas, duduk-duduk di teras kelas membahas nilai ujian, menyesal
tidak belajar sebelumnya atau hanya bergosip tentang apa saja.
Adalah
dia, duduk di depan kelasnya, sibuk dengan handphone keluaran terbaru yang
kalau aku dengar dari bunyi nya mungkin sedang memainkan game entah apa. Kala
itu hape dengan mode layar sentuh masih terbatas, tergolong mewah dan masih
mimpi untuk memilikinya, mengingat kantong pelajar seperti ku.
Aku
iseng menyapa nya, dia melirik ku sekilas, lalu kami terlibat percakapan akrab
untuk pertama kalinya. Kenaikan kelas ternyata kami menjadi teman sekelas,
menyebabkan kami jadi sering berkomunikasi, entah itu tentang kelompok belajar,
ngobrol haha hihi dengan teman sekelas lainnya atau bahkan tentang jadwal piket
harian.
Lalu
tanpa sadar kami berdua menjadi akrab, meskipun mungkin itu hal yang sedikit
aneh. Dia seperti berbanding terbalik dengan ku. Dia penyuka kuning, sedangkan
aku amat menghindari warna itu. Dia feminim peduli sekali tentang tatanan
rambut, sedangkan aku cenderung tomboy saat itu. Dia tipikal orang yang lantang
bersuara tentang ketidaksukaannya, suka konfrontasi, aku? Aku sebisa mungkin
menghindari masalah, tetapi kami malah semakin akrab.
Dia
suka menginap di rumah ku, bahkan akrab dengan keluarga besar ku. Kami
sama-sama sulung dari dua bersaudara, sama-sama keras kepala, tidak mau kalah
dan begitulah hubungan pertemanan kami.
Kalau
sedang bertengkar bisa seperti perang, bukan perang mulut atau adu jotos,
sebaliknya kami memilih diam dan pergi, entah dimana pun posisi kami saat itu,
di luar kota sekali pun. Tetapi ajaibnya semarah apa pun kami, sehebat apa pun
kekeraskepalaan kami, hal itu tidak pernah bisa lebih dari 1 hari, bahkan
kadang hanya hitungan jam. Besoknya kami sudah akan bertegur sapa seperti
biasa, menertawakan kelakuan kami kemarin lalu membicarakannya dengan kepala
dingin. Kami tidak pernah merasa perlu meminta maaf atau memberi maaf, karena
mungkin kami tidak pernah benar benar bisa saling membenci.
Sejujurnya
mungkin dia satu dari sedikit orang yang bisa memarahi ku tanpa membuatku ingin
memarahinya balik. Karena itu juga berlaku sebaliknya, pertemanan kami adalah
kejujuran, tanpa ada topeng kepura-puraan. Kalau tidak suka maka tidak suka,
sekalipun itu tentang hubungan asmaranya.
Kami
kuliah di jurusan dan kampus yang berbeda, di awal perkuliahan kami masih aktif
saling menghubungi, bertanya kabar, curhat tentang kuliah ataupun tentang
laki-laki. Dia memiliki seorang pacar di kampusnya, dia juga mengenalkannya
kepada ku. Syukurlah kali ini aku cukup setuju dengan pilihannya, kalau
mengingat aku pernah benar- benar tidak suka dengan mantannya yang sebelumnya.
1
dan 2 semeter dilalui dengan mudah, kami masih sering menyempatkan bertemu di
waktu libur semester, masih sering berkirim sms atau mengobrol via telpon. Namun
begitulah, tidak ada persahabatan yang benar-benar mulus, kesibukkan masing
masing membuat komunikasi kami berkurang, bahkan bisa dibilang jarang.
Terlebih
dengan kebiasaan anehnya, selalu memilih diam ketika hari ulang tahun ku. Dia
sering beralasan apalah arti sebuah ucapan, dulu aku sependapat, sehingga aku
mengikuti kebiasaannya. Tetapi kemudian aku sadar, ucapan itu adalah 1 dari
sekian banyak cara menunjukkan kepedulian, bahwa kita masih mengingat satu sama
lain, mengingat salah satu hari bahagia orang yang kita sayangi.
Maka
aku memilih mengakhiri kebiasaan kami berdua hari ini, lewat tulisan ini aku
ingin memberi tahu nya bahwa hari ini seperti tahun tahun sebelumnya aku selalu
mengingat nya, bahwa ini hari bahagia nya. Hari dimana 24 tahun yang lalu
seorang sahabat dilahirkan. Semoga semua doa baik hari ini menjadi pemudah
langkahnya ke depan.
Semoga
semua harapan dan list mimpi nya cepat tercapai, semoga dia menjadi pribadi
yang semakin baik, selalu diberi nikmat kesehatan dan rezeki yang tidak
putusnya, semoga dia tetap menjadi seorang sahabat yang apa adanya dan semoga
selalu dalam lindungan Nya, aamiin :)