Senin, 19 Oktober 2015

Mari mengakhirinya mulai hari ini :)



Entah kapan persisnya kebiasaan aneh ini, Tetapi rasanya lebih baik mengakhirinya mulai hari ini.

Perkenalkan, tokoh dalam cerita ku kali ini tidak lain tidak bukan adalah seorang wanita berusia 24 tahun, tepat satu tahun diatas ku. Kalau diingat-ingat aku mengenalnya di bangku kelas 2 SMP tetapi saat itu kami masih angkuh satu sama lain, berbeda sekolah dan menjadi teman sekelas hanya di kursus bahasa inggris.

Bertemu kembali di bangku SMA tetapi masih dengan cerita yang sama, acuh tak acuh satu sama lain. Mungkin seperti bermusuhan tepatnya, apa masalahnya aku pun tidak terlalu mengingatnya dengan jelas, yang pasti satu sekolah tidak menyebabkan kami rajin bertegur sapa, aku hanya mengenalnya sebatas nama, sepintas lalu.

Hari itu sekolah sedang sepi, bukan karena libur, tetapi masa-masa setelah ujian semester, tidak banyak lagi kelas-kelas yang berisi guru, lebih banyak murid murid di luar kelas, duduk-duduk di teras kelas membahas nilai ujian, menyesal tidak belajar sebelumnya atau hanya bergosip tentang apa saja.

Adalah dia, duduk di depan kelasnya, sibuk dengan handphone keluaran terbaru yang kalau aku dengar dari bunyi nya mungkin sedang memainkan game entah apa. Kala itu hape dengan mode layar sentuh masih terbatas, tergolong mewah dan masih mimpi untuk memilikinya, mengingat kantong pelajar seperti ku.

Aku iseng menyapa nya, dia melirik ku sekilas, lalu kami terlibat percakapan akrab untuk pertama kalinya. Kenaikan kelas ternyata kami menjadi teman sekelas, menyebabkan kami jadi sering berkomunikasi, entah itu tentang kelompok belajar, ngobrol haha hihi dengan teman sekelas lainnya atau bahkan tentang jadwal piket harian.

Lalu tanpa sadar kami berdua menjadi akrab, meskipun mungkin itu hal yang sedikit aneh. Dia seperti berbanding terbalik dengan ku. Dia penyuka kuning, sedangkan aku amat menghindari warna itu. Dia feminim peduli sekali tentang tatanan rambut, sedangkan aku cenderung tomboy saat itu. Dia tipikal orang yang lantang bersuara tentang ketidaksukaannya, suka konfrontasi, aku? Aku sebisa mungkin menghindari masalah, tetapi kami malah semakin akrab.

Dia suka menginap di rumah ku, bahkan akrab dengan keluarga besar ku. Kami sama-sama sulung dari dua bersaudara, sama-sama keras kepala, tidak mau kalah dan begitulah hubungan pertemanan kami.

Kalau sedang bertengkar bisa seperti perang, bukan perang mulut atau adu jotos, sebaliknya kami memilih diam dan pergi, entah dimana pun posisi kami saat itu, di luar kota sekali pun. Tetapi ajaibnya semarah apa pun kami, sehebat apa pun kekeraskepalaan kami, hal itu tidak pernah bisa lebih dari 1 hari, bahkan kadang hanya hitungan jam. Besoknya kami sudah akan bertegur sapa seperti biasa, menertawakan kelakuan kami kemarin lalu membicarakannya dengan kepala dingin. Kami tidak pernah merasa perlu meminta maaf atau memberi maaf, karena mungkin kami tidak pernah benar benar bisa saling membenci.

Sejujurnya mungkin dia satu dari sedikit orang yang bisa memarahi ku tanpa membuatku ingin memarahinya balik. Karena itu juga berlaku sebaliknya, pertemanan kami adalah kejujuran, tanpa ada topeng kepura-puraan. Kalau tidak suka maka tidak suka, sekalipun itu tentang hubungan asmaranya.

Kami kuliah di jurusan dan kampus yang berbeda, di awal perkuliahan kami masih aktif saling menghubungi, bertanya kabar, curhat tentang kuliah ataupun tentang laki-laki. Dia memiliki seorang pacar di kampusnya, dia juga mengenalkannya kepada ku. Syukurlah kali ini aku cukup setuju dengan pilihannya, kalau mengingat aku pernah benar- benar tidak suka dengan mantannya yang sebelumnya.

1 dan 2 semeter dilalui dengan mudah, kami masih sering menyempatkan bertemu di waktu libur semester, masih sering berkirim sms atau mengobrol via telpon. Namun begitulah, tidak ada persahabatan yang benar-benar mulus, kesibukkan masing masing membuat komunikasi kami berkurang, bahkan bisa dibilang jarang.

Terlebih dengan kebiasaan anehnya, selalu memilih diam ketika hari ulang tahun ku. Dia sering beralasan apalah arti sebuah ucapan, dulu aku sependapat, sehingga aku mengikuti kebiasaannya. Tetapi kemudian aku sadar, ucapan itu adalah 1 dari sekian banyak cara menunjukkan kepedulian, bahwa kita masih mengingat satu sama lain, mengingat salah satu hari bahagia orang yang kita sayangi.

Maka aku memilih mengakhiri kebiasaan kami berdua hari ini, lewat tulisan ini aku ingin memberi tahu nya bahwa hari ini seperti tahun tahun sebelumnya aku selalu mengingat nya, bahwa ini hari bahagia nya. Hari dimana 24 tahun yang lalu seorang sahabat dilahirkan. Semoga semua doa baik hari ini menjadi pemudah langkahnya ke depan.

Semoga semua harapan dan list mimpi nya cepat tercapai, semoga dia menjadi pribadi yang semakin baik, selalu diberi nikmat kesehatan dan rezeki yang tidak putusnya, semoga dia tetap menjadi seorang sahabat yang apa adanya dan semoga selalu dalam lindungan Nya, aamiin :)


Senin, 22 September 2014

Desa Paniis, Taman Jaya Ujung Kulon



Ujung Kulon daerah yang kali ini menjadi tujuan Banten Sains Day tour, dan beruntungnya kali ini saya bisa ikut berpartisipasi. Saya dan seorang teman-Alawiyah-berangkat dari Lampung hari Kamis sekitar pukul 1 siang. Kami berdua tiba di Cilogen tepat pukul 10 malam, menumpang angkot merah menuju rumah Aty. Sepanjang jalan sebenarnya kami cukup was-was, sopir angkot yang kami tumpangi berpenampilan seram belum lagi kami tidak tahu dimana persis letak rumah Aty, tetapi bermodal bismilah juga handphone yang selalu terhubung dengan Aty, akhirnya kami tiba di kediaman Aty.

Bertiga dengan Aty kami menumpang bus menuju Serang keesokkan paginya. Aty tidak ikut, dia hanya mengantarkan kami bertemu rombongan lainnya. Kak Magda, Kak Febi dan Kak Evan tengah asyik mengobrol saat kami tiba. Kak Aip dan Udin muncul bersama Kang Hendra yang akan memandu kami menuju lokasi. Saya, Alaw, Udin, Kak Magda, Kak Aip dan Kang Hendra berada dalam satu mobil, sedangkan Kak Febi dan Kak Evan dalam mobil yang terpisah.

berangkat menuju lokasi

Sekitar 30 menit perjalanan Ijal memberikan kabar bahwa kuliahnya hari ini kosong dikarenakan dosennya berhalangan hadir. Kak Aip dan Udin memaksa Ijal menyusul, kami memang kekurangan personil dan ikutnya Ijal tentu akan  sangat membantu. Kak Aip dan Ijal berdiskusi via grup WA BSD, sayangnya beberapa penghuni grup lain menganggap Kak Aip dn Ijal sedang bersandiwara, tidak ada yang percaya bahwa Ijal benar-benar masih di Cilegon dan mau menyusul. Bahkan Kak Anaz tidak berhenti mengomel di grup meminta Ijal berhenti bersandiwara, tak pelak lagi kami yang ada di mobil tertawa, teringat cerita anak gembala dan serigala. Saat anak gembala berkata jujur tentang adanya serigala tidak ada yang mempercayainya lagi, Ijal mungkin kena batunya karena pernah bersandiwara sebelumnya.

Perjalanan menuju lokasi bukanlah perjalanan yang mudah, ditengah jalan kami terpaksa berhenti karena ada saja barang yang tertinggal, membuat Kak Aip terpaksa menyetop ojek memutar balik. Jalan menuju lokasi jangan ditanya lagi, bapak sopir sukses membuat saya tidak bisa memejamkan mata setidaknya sampai ‘sumur’ batas jalanan bagus menurut Kang Hendra. Memasuki daerah Sumur menuju Taman Jaya mata kami disuguhkan dengan pertandingan bola voli, bukan cuma 1 mungkin puluhan, saya tidak benar-benar menghitung, sepertinya permainan ini menjadi hiburan paling diminati warga, karena jarak belasan meter saja kami akan kembali menemukan tontonan ini. 
lelah perjalanan terbayar melihat ini :)

Kami tiba di lokasi tepat pukul 5 sore, menginap di homestay Ikan Badut. Soal penginapan ini mungkin tidak ada salahnya saya sedikit promosi. Terbiasa dengan jamuan seadanya maka penginapan ini bisa tergolong mewah. Soal makanan jangan ditanyakan lagi, ayam, cumi dan ikan menjadi menu favorit selama kami menginap, saya sampai merindukan tempe, tahu juga mie. Tetapi air disini kurang bersahabat, dinginnya luarrr biasa dikarenakan berasal dari air terjun di gunung, dan saya mengacungkan jempol untuk kak Febi yang selalu sudah cantik saat kami baru terbangun untuk sholat Subuh. 
homestay ikan badut, rekomen sekali :D
Hari pertama kami hanya bersiap-siap, menuju pantai untuk membuat tenda yang akan digunakan besok, Udin seperti biasa mencoba menerbangkan lampion, seperti prosedur pengecekan apakah besok lampion bisa diterbangkan disana. Ijal tiba tepat pukul 9 malam, menumpang ojek dari sumur menuju lokasi. Oh ya malam itu kami bertemu Igo, dia baru duduk di kelas 4 SD, lincah bermain dipinggir pantai, dia bersemangat mengajak kak Magda bermain, Igo juga pintar berpantun, tetapi pantunnya melulu tentang cinta, dari Igo juga kami tahu bahwa pantai disana bernama Pacar Cinta.

Sabtu pagi anak-anak sudah menunggu kami, berjalan bersama menuju sekolah Taman Jaya, mereka terlihat membawa bungkusan, saya iseng bertanya, ternyata mereka menyiapkan bekal dari rumah agar tidak perlu pulang lagi dan bisa mengikuti acara sampai selesai. Tiba di sekolah ternyata sudah ramai anak-anak berkumpul, mereka malu-malu mendekat, saling dorong satu sama lain. Kak Magda berinisiatif mengajak mereka bermain dan mereka menyambut dengan semangat, kami bertiga sampai kewalahan.

Pukul 9 tepat acara dimulai, kami terpaksa mengakhiri permainan, anak-anak kelas 1-4 melanjutkan pelajaran seperti biasa, sedangkan kelas 5 dan 6 ikut acara kami. Kedatangan kami memang disambut antusias oleh bapak Kepala Desa juga kepala gugus Taman Jaya  sehingga ada 5 sekolah yang  mengirimkan 20 perwakilan muridnya.

Acara dibuka oleh kak Aip, setelah perkenalan singkat dari kami, Kak Aip membagi mereka menjadi 6 kelompok dan memilih ketua kelompok. Kak Aip meminta mereka menggambar bentuk bintang, dan menjadi menarik ketika salah seorang anak di kelompok 6 menggambar dengan benar, meskipun awalnya teman-temannya menertawai nya namun semua berganti tepuk tangan saat perwakilan setiap kelompok membuktikan sendiri bentuk bintang dengan kacamata matahari.

Sesi selanjutnya dilanjutkan oleh saya dengan materi Biologi, bermodal mikroskop amoeba milik kak Aip saya meminta mereka mengambil beberapa contoh hewan ataupun tanaman yang disekitar untuk kemudian diamati. Ada yang membawa laba-laba, belalang, semut, ulat dan bunga. Beberapa anak tertawa ketika ulat dan laba-laba bergerak saat akan diamati, ada yang takut ketika melihat bagian tubuh ulat ketika diperbesar dengan mikroskop dan ada juga yang kagum ketika melihat struktur bunga yang cantik.

Kak Magda selanjutnya melanjutkan dengan dongeng Nirino Hitam. Sejujurnya ini bagian yang paling saya tunggu, karena ini kali pertama saya menonton langsung Kak Magda mendongeng, apalagi Ari pernah semangat bercerita tentang Kak Magda. Ternyata Ari tidak berlebihan, Kak Magda memang jago mendongeng, mimik muka juga suara nya membuat membuat dongeng terasa begitu menarik. Kak Magda juga meminta saya untuk membantunya menyanyikan lagu Naik-Naik Ke Puncak Gunung. Saya sudah siap di posisi ketika Kak Magda memberikan aba-aba.

“Nah kalau kita mau ketemu Nirino kita harus naik ke puncak gunung dulu, kita nyanyi sama-sama ya, siap? Satu, dua, tiga”

“Cicak-cicak di dinding, diam-diam merayap, datang seekor nyamuk, hap, lalu ditangkap” nyanyi semua anak kompak, membuat saya dan Kak Magda berpandangan. Udin, Ijal dan Kak Aip terpingkal-pingkal dibuatnya. Kami sendiri tidak mengerti bagaimana lagu Naik-Naik ke Puncak Gunung bisa jadi Cicak di Dinding, tetapi demi melihat kekompakkan mereka bernyanyi kami memaklumi, kak Magda melanjutkan dongengnya meskipun masih bertanya-tanya tentang lagu ini.

Setelah beristirahat Udin melanjutkan dengan Sainstrik nya, anak- anak yang semula mengantuk karena kekenyangan kembali bersemangat ketika diminta memecahkan teka-teki. Semua bersemangat ingin mencoba, seperti ketika mengambil koin dalam air, belasan anak bergantian mencoba menggunakan berbagai alat yang disiapkan, namun selalu kurang tepat. Koin memang bisa diambil tetapi dalam keadaan basah. Ketika tebak gambar pun banyak anak yang salah menebak, beberapa kelompok bahkan ada yang ngotot kalau jawaban mereka benar, namun setelah dijelaskan kembali oleh Udin mereka tertawa. Tetapi semangat mereka yang ingin mencoba itulah yang patut diacungi jempol.

koin berhasil diambil tetapi dalam keadaan basah

Malam harinya dilanjutkan dengan Galileo Junior, kak Aip menyampaikan materi tentang astronomi, tidak hanya anak-anak yang duduk manis menonton, bahakan beberapa warga sekitar pun ikut duduk di bebatuan pinggir pantai, menyimak. Kak Aip juga sudah menyiapkan 3 teleskop untuk digunakkan. Hari itu Sabtu 6 September memang bertepatan dengan International Observe The Moon Night dan kak Aip sudah mendaftarkan diri untuk daerah Ujung Kulon. Semua anak tidak sabar untuk melihat sendiri menggunakan teleskop, Ijal dan Alaw sampai kewalahan mengatur anak-anak agar mau bersabar mengantri.



Puas mengamati bulan anak-anak kemudian diajak untuk menerbangkan lampion, setelah sebelumnya melihat pertunjukkan Udin membakar tangan, bukan mmbakar hangus tentunya. Malam itu pemilik semesta merestui kami, lampion berhasil terbang tanpa halangan. Anak-anak girang bertepuk tangan ketika melihat lampion mereka berhasil terbang tinggi, mengabaikan rasa kantuk mengingat saat itu sudah pukul 11 malam dan beberapa diantara mereka harus menempuh jarak 7 km untuk pulang kerumah.



Keesokan pagiya kami membawa beberapa buku dari Hibah Buku untuk Piknik Buku dari Rumah Buku Cilegon. Kami membawa beberapa buku cerita ke bebatuan pinggir pantai, angin sepoi-sepoi juga pemandangn pantai menjadi tempat yang nyaman untuk membaca. Jika kemarin Kak Magda yang bercerita maka kali ini kami meminta anak-anak untuk bercerita. Semula hanya Wulan yang berani maju untuk membacakan ceritanya tetapi lama-lama anak-anak tidak ragu-ragu mengajukan diri. Bahkan Imel, Eko, Ija dan beberapa anak lain mendekati saya, meminta diajarkan becerita tanpa membawa buku, melihat jumlah mereka yang cukup banyak saya pun menawarkan mereka untuk memainkan sebuah drama kecil, cerita tentang Heidi, mereka mengangguk, mengajak saya ke tempat yang sedikit tersembunyi untuk latihan, bermaksut memberi kejutan diakhir acara. Sayangnya ide itu belum bisa terlaksana karena keterbatasan waktu. 



Hari Minggu sekaligus hari terakhir disana juga diisi dengan dream triger. Kami menemukan banyak sekali cita-cita yang unik. Seperti Eko misalnya, cita-citanya ingin menjadi astronot karena ingin membuat rumah di merkurius, Kak Aip tentu menanggapinya dengan antusias, semangat menjelaskan bahwa itu bukanlah hal yang mustahil, saya sendiri ikut menyimak penjelasan Kak Aip, tertarik. Selain Eko ada lagi Imel, cita-citanya ingin menjadi penyanyi, dia bahkan menciptakan sebuah lagu, senang hati bernyanyi, lagunya tentang bintang dan dia malu-malu menyebut Kak Aip yang menginspirasinya membuat lagu itu.

Acara ditutup dengan pembagian hadiah, beberapa anak menangis karena akan berpisah, mreka memeluk, meminta berjanji bahwa besok lusa kami akan datang kembali, mau tak mau saya, Kak Magda juga Alaw ikut menangis. Bagian yang tidak diharapkan tetapi paling tidak bisa ditolak dari sebuah pertemuan adalah perpisahan.

“Kita ga boleh nangis, karena ini bukan terakhir kali kita ketemu, doakan kakak-kakaknya selalu sehat dan punya banyak rezeki jadi besok-besok bisa main dan bersenang-senang disini lagi, oke” Ucapan Kak Aip diamini oleh anak-anak, membuat beberapa anak berhenti menangis dan tersenyum. 

Kak Aip dan adiknya :D

Kami pulang pukul 7 malam dan langsung terlelap dalam perjalanan. Ujung Kulon menjadi salah satu tempat yang memiliki banyak cerita untuk dikenang bagi kami. Terima kasih untuk anak-anak yang selalu berhasil membuat kami merasa hangat karena dicintai, Terima kasih untuk Kang Hendra atas bantuannya, Kak Febi dan Kak Evan dari Lentera yang meliput perjalanan kami.

Menjawab pertanyaan kak Anaz “Bagaimana rasanya full moon without full friend?” mungkin seperti kata Kak Magda “Kita mungkin bisa jalan sendiri-sendiri, itu bukan masalah, tetapi ketika kita jalan bersama saat itulah kita merasa utuh”

Terima kasih kepada pemilik semesta yang telah mempertemukan kita :)





Senin, 26 Mei 2014

Hari Buku Nasional, Kediri :)


Ajakan kak Anaz hari itu memang seperti pencerahan, oase di tengah padang pasir. Berlebihan? Ah tidak juga. Hari itu memang rasanya aku butuh berlibur, bosan dengan rutinitas harian, ingin kabur sejenak dari folder bernama ‘Skripsi’ di laptop. Karena itu aku langsung mengiyakan ajakan kak Anaz untuk mengikuti Hari Buku Nasional di Kepung, Kediri, Jawa Timur. Padahal waktu itu kantong sedang tidak bersahabat, tetapi bermodal keyakinan ‘pasti ada jalan’ aku mantap untuk ikut.

Berdua dengan kak Ayu aku berangkat dari Lampung, sempat deg-degan sebenarnya mengingat di Jakarta nanti aku akan bertemu kak Aip. Siapa dia? Seseorang yang aku kagumi karena kecintaannya pada kegiatan sosial, yang juga aku kenal dari kebiasaan stalking di blog kak Anaz dan yang mengenalkan aku pada anak-anak pulau Tegal.

Kami berkumpul di stasiun Senen tepat ketika adzan Dzuhur berkumandang. Kak Aip datang bersama Ijal, Aty dan Udin dari Serang, Ari dari Bekasi, kak Anaz, kak Ito, kak Ria dan kak Indri dari Jakarta. Kak Ria dan kak Indri tidak ikut, hanya mengantar kami dan berbaik hati memberikan bekal es krim dan donat. 

ngerayain ulang tahun kak Aip, kak Ria dan Ijal,di stasiun Senen, digabung mumpung lagi ngumpul :D
Perjalanan 13 jam di kereta tidak terasa lama, bukan karena kereta yang melaju sangat kencang, tapi karena kami kurang beruntung punya Ari, teman-teman memanggilnya ‘cungkring’. Dia punya persediaan batrai yang luar biasa. Tidak berhenti berceloteh, ada saja bahan obrolan yang ia lontarkan yang selalu sukses membuat kami tertawa, bahkan tidak jarang aku yang menjadi korban bully-an nya. Tidak jarang juga beberapa penumpang lain mendumel sebal karena celotehnya, bahkan ada yang sampai memilih pindah tempah duduk (Astaga Ariii -_-‘) tetapi tempat duduk kami jadi lapang :D.  Di balik itu semua Ari yang telaten mengobati kaki kak Ayu yang keseleo. 
Ari lagi ngurut kaki ka Ayu yang kesleo

kereta mampir di Semarang 1 jam, keliling dulu sama Ari dan Aty :D
Jam 3 dini hari kami tiba di stasiun Kediri, menunggu babeh Helmi dan mbak Ning yang menumpang kereta yang berbeda dengan kami. 1 jam perjalanan menuju lokasi kami nikmati dengan menumpang mobil pick up.  Oh ya ternyata babeh Helmi jauh dari yang ku bayangkan. Aku pikir akan bertemu dengan sosok yang kaku ternyata babeh Helmi sukses membuat muka ku memerah, bahkan Ari pun kalah. Ah babeh!
jam 3 dini hari dan kita kelaparan, kak Anaz anteng update status #terbiar

pick up dengan babeh sebagai fotografer, muka bahagia padahal belum mandi dari kemaren sore :D
Tiba di lokasi kami langsung di sambut anak-anak. Tidak membuang waktu kak Ito, Udin dan Ijal berkenalan dengan anak-anak sementara kami bersiap-siap. Sesi pertama diisi Funtivasi dengan kak Ito sebagai pemateri. Funtivasi sendiri adalah motivasi yang diberikan melalui jokes dan game sehingga anak-anak tidak akan merasa jemu dan bosan di dalamnya.
capeknya langsung ilang pas liat ini :)


nangis waktu ikrar sahabat :'(
berpelukan :')
Lepas jum’atan anak-anak kembali berkumpul di sekolah. Udin dengan Sainstrik nya sudah siap dimulai. Aku sudah mencari posisi, siap memperhatikan sampai Udin memanggil nama ku dan Aty untuk maju ke depan mengisi materi awal tentang mikroskop dan sel. Aku melirik Aty ragu, sementara yang ku lirik balik menatapku sama bingungnya. Bermodal bismilah aku dan Aty maju ke depan, meskipun awalnya sedikit gugup alhamdulilah materi berjalan lancar sampai kak Aip harus mengingatkan kalau sesi kami berdua hanya tinggal 5 menit lagi. :D
atur fokus, mari mengamati sel tumbuhan
ada kelompok yang bawa laba-laba, mari belajar tentang laba-laba
Udin mengambil alih setelahnya, anak-anak dibuat asyik dengan eksperimen-eksperimen yang dilakukan, heboh berdiskusi saat diminta menjawab pertanyaan. Lupakan bahwa teori sains itu memusingkan, mari bereksperimen. 

Sukma dari tim semut sedang bereksperimen :)
lagi heboh diskusi buat jawab pertanyaan :D


udah mirip adik kakak belum :D
Aliansi remaja Kediri kemudian melanjutkan dengan games. Anak-anak kemudian dibagi menjadi 3 kelompok. Tidak mau ketinggalan aku ikut kedalam salah 1 kelompok, dibantu dengan Udin dan Silvi di kelompok lainnya. Meneriakan yel-yel favorit ‘pasti bisa!’, dan kemudian berbangga hati mendapatkan urutan juara kedua. :)

Malam hari adalah bagian yang paling ditunggu, kenapa? karena kak Aip akan memberikan materi tentang astronomi, tentang rasi bintang, juga Udin dengan lampion terbangnya. Malam menjadi lebih seru karena ternyata bukan cuma anak-anak yang datang, tetapi juga para orang tua dan warga sekitar. Kak Aip memang keren, banyak yang berdecak kagum saat materi disampaikan, saat yang lain diajak praktek untuk melihat rasi bintang.  Apalagi saat video kehidupan para astronot di luar angkasa di putar, bahkan para orangtua tidak mau kalah heboh duduk lebih merapat demi bisa melihat dengan jelas. Sayang langit malam itu mendung, kami batal melihat bulan dengan teleskop.
kak Aip lagi ngenalin teleskop reflector


anak-anak, ibu, bapak semuanya gabung jadi 1 :D
Menyusun lilin membentuk lingkaran besar dengan kami yang siap menerbangkan lampion ditengahnya, itulah yang dilakukan Udin. Anak-anak tidak sabar ingin ikut menerbangkan. Panitia yang lain bahkan hampir kewalahan mengatur agar mereka mau bersabar. Anak-anak kemudian dibagi menjadi 7 kelompok dan menerbangkannya bergantian. Udin sempat dirundung cemas *bahkan sampai lupa caranya tersenyum* karena angin yang tidak begitu bersahabat, khawatir kalau lampion tidak bisa terbang. Tetapi untunglah pemilik semesta meridhoi kami, sampai lampion terakhir tetap bisa terbang tanpa halangan berarti (Alhamdulilah). 
persiapan nerbangin lampion


 
lampion pertama


lampion terakhir dan Udin udah bisa senyum lagi :D

Keesokan harinya kami siap untuk mengikuti upacara bendera. Kami berpakaian merah putih layaknya anak SD, kak Aip, kak Ito, Udin dan Ijal bahkan memesan seragam SD ke tukang jahit, demi mendapatkan ukuran yang pas. Tetapi sayangnya postur tubuh kami tidak bisa menipu, kami terlihat mencolok dibanding anak SD pada umumnya :D


Berbicara tentang anak-anak tidak pernah bisa lepas dari yang namanya cita-cita. Mereka selalu punya jawaban menarik saat ditanya ‘apa cita-cita mu?’. Kak Aip dengan sesi Dream Trigger nya mampu membuat anak-anak berani bermimpi, melatih percaya diri utntuk berani tampil. Bukan tentang apa cita-cita mu, tapi bagaimana kau meyakini dan tidak pernah menyerah untuk berusaha mewujudkannya. :)

speak up your dream








dan mari melangkah dengan penuh percaya diri :)
 Serangkaian acara ini kemudian ditutup dengan pembagian hadiah, Sebenarnya tid-ak ada yang menang ataupun kalah, karena semua kelompok mendapatkan hadiah. 



Aku, kak Ayu, kak Aip dan Udin pulang sore itu juga, sedangkan rombongan yang lain pulang keesokan harinya. Rombongan yang tinggal sempat berkeliling Kediri dan mengunjungi taman baca Mahanani, Ijal berbaik hati membuat iri melalui ceritanya disini

Ah ya disini saya juga berkenalan dengan teman-teman blogger Kediri mas Puguh, Tiwi dan Silvi ( terima kasih udah mau aku repotin buat bantu beli ini itu selama disana), teman-teman aliansi remaja Kediri, juga Ibu yang udah baik banget mau masakin buat kita :)

Juga buat teman-teman yang berbaik hati mau menitipkan donasi untuk acara ini, semoga Tuhan membalas rezeki untuk kalian berkali-kali lipat. Semoga selalu punya hati yang kaya untuk berbagi. :)

Teman-teman semestarian, adalah sebuah kesyukuran untuk mengenal kalian, aku belajar banyak hal, tetaplah menginspirasi. Ini mungkin pertama kali aku ikut di acara ini, tetapi semoga ini bukan yang terakhir, semoga bisa ikut di kegiatan berikutnya. “Kapan kita bertemu lagi? Secepatnya!” 


Tidak lupa terima kasih kepada pemilik semesta yang telah mempertemukan kita :')